Tampak area persawahan warga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, digenangi banjir saat musim penghujan.

Petani Cirebon Minta BBWS Serius Tangani Banjir, 5 Kali Tanam Hanya 1 Kali Panen

Ciremaitoday.com, Cirebon – Cuaca ekstrem tak menentu yang terjadi belakangan ini cukup berdampak buruk terhadap sektor pertanian padi di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Pasalnya, pada musim hujan berkepanjangan ini, para petani mengeluh kesulitan untuk melakukan proses awal penanam padi.

Bahkan pada musim tanam kali ini, para petani khususnya di wilayah utara barat Kabupaten Cirebon mulai dari Kecamatan Gegesik, Panguragan hingga Kecamatan Kapetakan harus melakukan proses tanam hingga lima kali dalam semusim untuk satu kali panen. Sebab lahan sawahnya terendam banjir sehingga para petani harus menanggung kerugian hingga puluhan juta.

“Sudah setiap kali musim hujan banjir, istilahnya satu kali panen lima kali tanam, nah ini yang menjadi problem. Karena begini, akibat dari kegagalan panen itu bisa berdampak terhadap tingkat kriminalitas yang tinggi, kemudian kelaparan, kemudian inflasi,” ungkap kepala Desa Gegesik Wetan, A Ghofari kepada wartawan mewakili keluhan para petani, Rabu (22/2/2023).

Selain cuaca buruk, Ghofari menyebut adanya embung di Desa Sibubut, Kecamatan Gegesik juga turut serta menjadi penyebab gagal tanam. Menurutnya, harus ada perbaikan lebih lanjut pada embung tersebut, sehingga ketika musim hujan tiba tidak menghambat laju air dari sungai.

Lebih parahnya, kata dia, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) tidak pernah serius untuk melakukan normalisasi baik terhadap saluran sekunder maupun primer yang mengalami sedimentasi.

“Sering saya sampaikan pada rapat-rapat dengan BBWS sudah beberapa kali, bahkan kami sudah meninjau sendiri ke embung di Desa Sibubut. Adanya embung ini tuh tidak menyelesaikan masalah, malah menambah masalah baru. Karena adanya embung itu, ketika musim hujan sangat ekstrem, itu tidak membantu untuk mengatasi bagaimana air ini bisa limpas,” tandasnya.

Kemudian, lanjutnya, penyebab yang kedua adalah tanaman liar eceng gondok juga menjadi masalah baru terhadap lajunya air. Tanaman liar yang biasa tumbuh subur di sungai-sungai dan embung tersebut sangat menghambat laju air.

“Bisa berakibat pada laju air itu tidak maksimal, akhirnya kembali lagi dapat membanjiri lahan yang dilewati oleh sungai itu. Kami dari Desa Gegesik Wetan khususnya, mewakili rekan-rekan di Kecamatan Gegesik mohon ini segera di atasi,” katanya.

Padahal, kata dia, Kecamatan Gegesik menjadi lumbung padi Kabupaten Cirebon. Namun beberapa aspek itu tidak pernah dipenuhi, salah satunya adalah kecukupan dan kelebihan air itu menjadi problem.

Kemudian, tambah Ghofari, tercukupinya kebutuhan pupuk juga menjadi aspek yang harus dipenuhi berikut juga obat-obatan pertanian. Semua itu menjadi tiga hal penting yang harus bisa dipenuhi.

“Rasanya sangat berat bahwa Kecamatan Gegesik sebagai lumbung padinya Kabupaten Cirebon. Mohon menjadi perhatian khusus terutama bagi Dinas Pertanian baik di kabupaten maupun provinsi. Area yang terdampak dari Kecamatan Gegesik Wetan 150 hektare, mungkin kalau kita hitung semuanya bisa di angka 1.000 hektare bisa jadi se Kecamatan Gegesik,” pungkasnya.(Joni)

Array
header-ads

Berita Lainnya