(Poto: istimewa)

Profil I Nyoman Nuarta: Arsitek di Balik Istana Garuda IKN dan Kritik Desainnya yang Dinilai Mirip Kelelewar

CIREMAITODAY.COM – I Nyoman Nuarta, arsitek di balik desain Istana Garuda di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, kini menjadi sorotan publik.

Desain istana yang dibuat I Nyoman Nuarta menuai kritik dari netizen yang merasa bentuknya mirip kelelawar, terutama karena warnanya yang coklat gelap.

Kritik tersebut terlihat dalam berbagai unggahan di media sosial, seperti cuitan akun @resistorac yang bertanya, “Spt Istana Garuda IKN ya, jdi sjatinya yg dibangun itu Istana Garuda apa Istana Kelelawar ya?” dan akun @jari_droid yang juga menambahkan, “Ada benarnya mirip kelelawar, tidak kelihatan ada kepala garudanya…. @jokowi.”

Meskipun demikian, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, menyatakan bahwa desain Istana Garuda milik I Nyoman Nuarta tidak mengalami perubahan.

Menurutnya, arsitek I Nyoman Nuarta telah memastikan bahwa rancangan bangunan akan tetap sesuai dengan desain akhir.

Basuki menjelaskan, “Kalau menurut Pak Nyoman Nuarta itu nanti kalau kena oksidasi itu jadi hijau,” saat konferensi pers di Kantor Kemensetneg Jakarta pada 6 Agustus 2024.

I Nyoman Nuarta lahir di Tabanan, Bali pada 14 November 1951 sebagai anak keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Wirjamidjana dan Samudra.

Jiwa seninya berkembang ketika diasuh oleh pamannya, Ketut Dharma Susila, yang merupakan seorang guru seni rupa.

Setelah menyelesaikan sekolah menengah atas, Nyoman melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1972.

Awalnya, ia memilih jurusan seni lukis, tetapi setelah satu tahun, ia pindah ke jurusan seni patung.

Nyoman merasa seni patung lebih menarik karena hasilnya berupa karya tiga dimensi yang dinamis dan unik.

Karier seni Nyoman dimulai dengan meraih kemenangan dalam lomba patung proklamator Republik Indonesia pada tahun 1979.

Selain itu, ia juga dikenal melalui karya monumental seperti monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya dan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali, yang menjadi salah satu objek wisata populer.

Kini, I Nyoman Nuarta dipercaya untuk mendesain Istana Garuda di IKN.

Adapun dalam proses desain Istana Garuda, Nyoman mengusulkan konsep archsculpt, yang menggabungkan seni patung dengan arsitektur.***

“Seperti yang dilakukan oleh Michelangelo, Leonardo da Vinci, dan I Gusti Nyoman Lempad pada bangunan gereja dan pura,” ungkap Nyoman dalam buku Peringatan 101 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia (PTTI).

Konsep ini melibatkan dua fungsi utama: fungsi estetik sebagai karya seni monumental dan fungsi pragmatis sebagai tempat bagi presiden untuk mengelola pemerintahan.

Nyoman memilih tembaga sebagai bahan utama karena sifatnya yang lentur, tahan karat, dan mudah dibentuk.

Tembaga juga berfungsi sebagai konduktor yang baik untuk menangkal listrik dan petir serta mencegah kebakaran akibat listrik statis.

“Bangunan ini dirancang dengan konsep green design. Sosok garuda akan dibentuk dari bilah tembaga vertikal yang juga berfungsi sebagai peneduh dari sinar matahari untuk menghindari efek rumah kaca,” jelasnya.

Menurut Nyoman, penggunaan simbol burung garuda dalam desain istana bertujuan untuk mengintegrasikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

“Semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ di kaki burung garuda yang memiliki arti berbeda-beda, tetapi tetap satu, memperkuat makna persatuan,” tambahnya.

Desain ini diharapkan tidak hanya menciptakan ikon yang menarik bagi wisatawan tetapi juga mendukung pertumbuhan industri terkait dan usaha kecil lokal.***

 

Array
header-ads

Berita Lainnya