Ciremaitoday.com, Cirebon-Kabupaten Cirebon sebentar lagi akan mempunyai film layar lebar pertama yang mengangkat tentang sebuah cerita legenda lokal, yakni Baridin dan Suratminah. Saat ini, proses pembuatan film tersebut sudah memasuki babak pra produksi.
“Sekarang sudah proses riding juga sudah, proses recce juga tadi sudah selesai. Jadi kita running di tanggal 30 November untuk syutingnya,” ujar Sutradara film Baridin dan Suratminah, Mulyo kepada wartawan di basecamp pemeran film di Desa Sindang Jawa, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Senin (27/11).
Menurutnya, tahapan saat ini lebih difokuskan untuk masa tenang para pemain atau talent-talent film. Selama tiga hari mulai dari hari ini sampai dengan tanggal 29 November para talent dibiarkan untuk mengenal lokasi syuting, latihan, dan menjalin chemistry dengan lawan mainnya.
Lokasi yang dipilih untuk syuting, kata dia, 80 persen di Kecamatan Dukupuntang, adapun sisanya di Matangaji, Kecamatan Sumber dan di Kenanga Sumber, serta yang paling jauh ada di Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.
Sedangkan untuk para pemeran film 90 persen adalah warga lokal Cirebon. Kata dia, cuma 2 orang yang dari luar Cirebon, yakni 1 orang Jakarta dan 1 orang Indramayu.
“Dari tahapan riding, Alhamdulillah (kesiapan pemeran) sudah mencapai 95 persen. Chemistry udah ke bangun. Bahkan, chemistry antara pemeran dari Baridin dan Suratminah sudah terbangun,” ungkapnya.
“Dan itu juga pemeran Bapak DaM dan Suratminah (bapak dan anak). Dan Mbok Wangsih dan Baridin (ibu dan anak) juga sudah terbangun, karena kita ada proses karantina,” sambungnya.
Mulyo menjelaskan, film Baridin dan Suratminah merupakan film yang diangkat dari cerita pagelaran adat lokal Cirebon, yakni Tarling (Gitar dan Seruling) yang sangat populer pada zamannya, yakni mulai dari tahun 1972.
“Karena film Baridin dan Suratminah ini, film yang sangat legend sekali. Mungkin orang-orang yang senior di atas saya itu udah pasti mengenal tentang cerita ini. Kalau di bilang berat sih pasti berat juga. Banyak tantangan yang harus saya dalamin,” katanya.
Tantangannya, lanjut dia, pembuatan film ini harus dibuat dengan versi zaman sekarang. Artinya dibuat agar lebih modern lagi.
“Jadi harus punya pasar di masa-masa sekarang itu yang mungkin tantangan yang sangat berat. Harapan dari tim kita, 1 juta penonton Indonesia,” ucapnya.
Pembuatan film ini juga mendapat dukungan dari Dewan Kesenian Kabupaten Cirebon (DKKC). DKKC menilai cerita yang diangkat dalam film ini tentunya dapat memperkenalkan karya asli warga Cirebon ke tingkat Nasional.
“Mungkin bagi anak-anak baru, anak-anak milenial kan enggak paham dan enggak tahu. Nah melalui kami seniman sekaligus dari produser ini memperkenalkan kembali cerita-cerita lama supaya generasi milenial itu mengetahui bahwa inilah kekayaan karya warga Cirebon,” ucap Ketua DKKC sekaligus salah satu pemeran tokoh Abunawas di film tersebut , H Sulama.
Bagi masyarakat lokal Cirebon dan sekitarnya nama Baridin dan Suratminah mungkin sudah tak asing di telinga. Sedikit cerita, film ini akan menampilkan tentang kisah seorang pemuda (Baridin) yang mencintai gadis kaya raya dan cantik (Suratminah).
Dalam cerita singkatnya, Baridin yang berprofesi sebagai pemeluku sawah (pembajak sawah) berbesar hati dengan penuh harapan mengutarakan perasaan cintanya kepada Suratminah.
Namun cinta Baridin ditolak mentah-mentah. Bukan hanya itu saja, Suratminah dan ayahnya juga mengejek habis-habisan Baridin dan Ibunya karena miskin.
Imbas dari penolakan cinta itu muncul malapetaka, di mana Baridin tidak terima dan melakukan sebuah ritual sehingga membuat Suratminah jatuh cinta padanya hingga gila sampai ajal menjemputnya.
Begitulah cerita singkat Baridin dan Suratminah yang diangkat dari kesenian Tarling drama, pimpinan H. Abdul Adzib. Film Baridin dan Suratminah ini di produseri oleh Faisal Amir, Kabag Prokompim Setda Kabupaten Cirebon dan di sutradarai oleh, Mulyo.
Seperti film garapan mereka sebelumnya, yakni Film Siska The Movie, Film Baridin dan Suratminah juga direncanakan akan ditayangkan di Bioskop Cinema XXI Cirebon. (*)