Ciremaitoday.com, Cianjur, – Sosok Jatayu yang merupakan tokoh pewayangan berupa Elang Jawa bakal ditampilkan dalam gelaran budaya yang digelar di Kabupaten Cianjur pada Sabtu (20/8). Ditampilkannya sosok itu dalam gelaran budaya merupakan bentuk keprihatinan atas populasi Elang Jawa yang sudah begitu langka.
Direktur Program Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia Dika Dzikriawan mengatakan, kegiatan budaya yang biasanya diadakan tiap bulan Juli dan Agustus itu sudah sangat dinantikan oleh masyarakat karena selama ini terhenti akibat pandemi. Adapun kegiatan itu digelar dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Cianjur dan 17 Agustus.
“Gelaran Budaya Cianjur menjadi puncak dari kedua kegiatan tersebut yang diinisiasi Pemkab Cianjur dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat,” kata dia melalui keterangannya pada Jumat(19/8).
Selain Jatayu, kata Dika, acap kali ditampilkan kegiatan ragam budaya Cianjur seperti iring-iringan kuda kosong. Kuda Kosong biasanya menjadi salah satu primadona dan menjadi ikon utama sehingga gelaran budaya Cianjur selalu diidentikkan dengan nama Pawai Kuda Kosong.
“Gelaran ini milik warga Cianjur yang memang seharusnya pemerintah hadir di dalamnya. Kami tentu berterima kasih kepada Pemkab Cianjur yang kembali mendukung pesta rakyat ini setelah pandemi COVID-19 mereda. Sementara Jatayu merupakan sebuah konsep tari jalanan menggunakan egrang yang akan ditampilkan oleh koreografer sekaligus penari Wina Rezky Agustina,” lanjut dia.
Sementara itu, salah satu Tim Penyusun Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten Cianjur Wina Rezky Agustina mengatakan, tarian Jatayu ditampilkan sebagai simbol keprihatinan terhadap langkanya satwa endemik penghuni hutan Cianjur yakni Elang Jawa.
“Elang Jawa sering juga disebut Burung Garuda, merupakan salah satu burung pemangsa (raptor) penting di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,” kata dia.
Adapun dari hasil monitoring populasi Elang Jawa yang dilaksanakan pada 2018 di empat lokasi di antaranya di Blok Geger Bentang, Blok Danau Mandalawangi, Blok Ciheulang, dan Blok Citatah diketahui bahwa jumlah perjumpaan Elang Jawa selama pengamatan sebanyak 17 kali dengan total perkiraan individu yang teramati saat monitoring adalah enam individu.
“Mudah-mudahan kini sudah tahun 2022 bertepatan dengan Hari Proklamasi ke-77 tahun dan hari jadi ke-345 Cianjur, Elang Jawa atau burung Garuda itu masih ada dan menghuni hutan-hutan Cianjur,” kata dia.
Wina menambahkan, Jatayu dalam Helaran Budaya Cianjur 2022 bukan sekadar burung perkasa penjaga belantara. Jatayu adalah kawan terbang sang pemilik kebijaksanaan (Wisnu) untuk memanusiakan manusia, pemilik cahaya terang bagi kehidupan yang penuh warna.
Dalam dunia pewayangan, Jatayu dikenal sebagai putra ketiga Rsi Brisawa yang masih keturunan langsung Dewi Brahmaistri, putri Batara Brahma. Dia mempunyai tiga saudara kandung bernama Garuda Harna, Garuda Brahman, dan Sempati.
Jatayu dikisahkan berkawan dekat dengan Prabu Dasarata, Raja Ayodya. Mereka bersahabat sejak kecil karena kakek Prabu Dasarata yaitu Batara Kandikota juga merupakan karib seperjuangan dengan Rsi Briwawa.
Ketika Sita atau Sinta menjerit-jerit karena dibawa kabur oleh Rahwana, Jatayu yang sedang berada di dahan sebuah pohon mendengarnya. Dia melihat ke atas, dan tampak Rahwana terbang membawa Sita, puteri Prabu Janaka.
“Jatayu merasa bertanggung jawab terhadap keselamatan Sita. Jiwa ksatrianya meluap-luap, Jatayu yang renta tidak gentar untuk melawan Rahwana. Dia menyerang dengan segenap tenaganya. Hingga sayapnya ditebas dengan pedang. Tubuhnya terjatuh ke tanah dan darahnya berceceran,” papar dia.
Jatayu tidak mati, dari darahnya dan tubuhnya yang lunglai muncul bunga-bunga harum mengangkasa. Arwahnya dijemput ratusan dewa-dewi dengan nyanyian merdu serta iringan gamelan surgawi.
“Dialah Garuda Nusantara yang kini menjadi lambang sebuah bangsa bernama Indonesia. Karena itu mari nantikan Jatayu tampil menyapa hadirin di Gelaran Budaya Cianjur tanggal 20 Agustus 2022,” tandas dia. ***