Caption: Singapore Airlines A350. Foto: Edgar Su/Ruters

Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Hebat di Atas Myanmar

Ciremaitoday.com-Pesawat Singapore Airlines dengan nomor penerbangan SQ0321 rute London menuju Singapura mengalami turbulensi hebat saat melintasi Lembah Irrawaddy, Myanmar, pada Selasa (21/5). Guncangan tersebut terjadi sekitar 10 jam setelah pesawat lepas landas.

Menurut ahli cuaca dari Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi & Geofisika (STMKG), Deni Septiadi, pesawat tipe Boeing 777-300ER, yang memiliki ukuran dan bobot besar, biasanya lebih stabil menghadapi guncangan dibandingkan pesawat tipe 737-800 yang biasa digunakan oleh maskapai dalam negeri.

“Pesawat ini memiliki daya jelajah hingga 13.650 km dengan kapasitas penumpang mencapai 500 orang, serta dilengkapi mesin jet yang mampu menghasilkan daya dorong maksimum sebesar 115.300 pound-force per mesin,” kata Deni dalam keterangan tertulis yang diterima pada Kamis (23/5).

Namun, turbulensi yang dialami SQ0321 bukan hal biasa. Meskipun pesawat terbang pada ketinggian jelajah aman, turbulensi tersebut menyebabkan perubahan ketinggian secara tiba-tiba.

“Ketinggian jelajah SQ0321 sebelum terjadinya turbulensi hebat bahkan di atas 11 km, yang cenderung aman dari turbulensi. Dengan sistem radar cuaca pesawat yang canggih, meskipun melewati awan badai, turbulensi harusnya masih bisa diredam,” jelas Deni.

Dalam beberapa penelitian, severe turbulence atau turbulensi sangat parah, didefinisikan dengan perubahan ketinggian sekitar 30 meter.

“Namun faktanya, SQ0321 mengalami ‘severe turbulence’ dengan perubahan ketinggian secara tiba-tiba hingga 500 kaki (sekitar 152 meter),” lanjut Deni.

Insiden ini menunjukkan bahwa turbulensi yang dialami SQ0321 adalah Clear Air Turbulence (CAT), fenomena yang tidak dapat dideteksi oleh radar cuaca dan sulit diantisipasi oleh pilot. “Clear Air Turbulence (CAT) terjadi pada cuaca cerah dan seringkali terkait dengan aliran jet stream.

Di daerah sekitar Lembah Irrawaddy, Myanmar, terdapat aliran jet stream sub-tropis dengan kecepatan di atas 60 knot (111 km/jam) pada ketinggian 10-12 km di atas permukaan laut.

Aliran jet stream ini yang menyebabkan terjadinya turbulensi parah yang mengguncang pesawat SQ0321,” tulis Deni.

Menurut Deni, insiden ini menekankan bahwa meskipun pesawat modern dilengkapi dengan teknologi canggih dan desain yang stabil, faktor alam seperti CAT tetap menjadi tantangan besar dalam dunia penerbangan.

Edukasi kepada penumpang tentang pentingnya mengenakan sabuk pengaman dan penelitian lebih lanjut tentang pola aliran udara di atmosfer dapat membantu mengurangi risiko cedera akibat turbulensi di masa depan.

“Turbulensi ini juga menyoroti perlunya peningkatan sistem prediksi dan deteksi turbulensi untuk membantu pilot mengambil langkah-langkah mitigasi yang lebih efektif,” tutup Deni.(*)

Array
header-ads

Berita Lainnya