Ciremaitoday.com, Jakarta-Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan Al-Qur’an menaruh perhatian besar terhadap pelestarian lingkungan dan dengan tegas melarang eksploitasi alam. Hal ini disampaikannya saat membuka Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Internasional ke-4 di Jakarta, yang diikuti oleh 38 delegasi dari berbagai negara.
“Ini menjadi tantangan bagi kita semua. Kita harus membuktikan bahwa Al-Qur’an memberi perhatian terhadap pelestarian lingkungan sebagai suatu keharusan,” ujar Nasaruddin dilnasir dari kemenag.go.id pada Rabu (29/1).
Menag menyoroti adanya pandangan keliru yang menyalahkan kitab-kitab suci, seperti Al-Qur’an, Injil, Taurat, dan Zabur, sebagai penyebab kerusakan lingkungan. Menurutnya, konsep manusia sebagai khalifah di bumi sering disalahartikan sebagai pembenaran atas eksploitasi alam.
“Namun, jika kita membaca Al-Qur’an secara utuh, banyak ayat yang menegaskan bahwa meskipun manusia berperan sebagai khalifah dan alam ditundukkan untuknya, manusia tetap diperintahkan untuk tidak melampaui batas,” jelasnya.
Lebih lanjut, Nasaruddin menegaskan bahwa keberlanjutan bumi sangat bergantung pada bagaimana manusia merawatnya. Ia mengingatkan bahwa Al-Qur’an menekankan hubungan harmonis antara manusia dan alam, bukan dominasi atau perusakan.
“Al-Qur’an sejak awal memperkenalkan konsep bahwa tidak ada benda mati. Segala sesuatu di alam ini bertasbih, memuji, dan mencintai Allah. Tidak mungkin sesuatu bisa mencintai tanpa emosi. Dengan demikian, alam semesta bukan sekadar objek, tetapi juga subjek,” katanya.
Menag juga mengaitkan kelestarian lingkungan dengan ketakwaan manusia.
“Tidak mungkin kita menjadi hamba yang taat dan khusyuk jika lingkungan kita rusak,” imbuhnya.
Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menambahkan bahwa MTQ Internasional pertama kali digelar di Indonesia pada 2003, kemudian berlanjut pada 2013 dan 2015. Tahun ini, ajang bergengsi tersebut mengangkat tema “Al-Qur’an, Environment, and Humanity for Global Harmony”, yang menekankan peran Al-Qur’an dalam menjaga lingkungan, membangun nilai kemanusiaan, serta menciptakan harmoni global.
“Melalui tema ini, kita diajak untuk merenungkan bagaimana Al-Qur’an dapat menjadi panduan dalam merawat bumi dan membangun hubungan yang harmonis antara manusia,” ungkap Abu Rokhmad.
Ajang ini mempertandingkan dua cabang utama, yakni Tilawah dan Tahfiz Al-Qur’an. Dari 187 negara yang mengikuti tahap pra-kualifikasi pada 2023, sebanyak 60 peserta dari empat benua berhasil lolos ke babak grand final. Mereka terdiri atas 17 peserta Tilawah Putra, 7 peserta Tilawah Putri, 19 peserta Tahfiz Putra, dan 17 peserta Tahfiz Putri.
Kompetisi ini akan dinilai oleh 22 dewan hakim berstandar internasional, yang terdiri dari 15 hakim dari Indonesia serta 7 hakim dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara.
“Ajang ini akan dinilai oleh dewan hakim yang berkompeten dan berstandar internasional,” pungkas Abu Rokhmad.(Joni)