Sosialisasi program MBG. Foto: Istimewa

MBG Tak Sekadar Gizi, Tapi Juga Gerakkan Roda Ekonomi Lokal

Ciremaitoday.com, Sukabumi—Pemerintah tidak hanya hendak memenuhi gizi anak dan ibu melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG). Di balik dapur-dapur umum yang tengah disiapkan, tersembunyi skenario besar untuk membangun kemandirian ekonomi di tingkat lokal.

Hal itu tergambar dalam sosialisasi program MBG yang digelar di Villa Cantik Sukabumi, Dayeuhluhur, Warudoyong, Jumat, 5 Agustus 2025. Acara yang dihadiri para tenaga ahli dan legislator ini menyentuh dua hal mendasar: pemenuhan gizi dan perputaran ekonomi rakyat.

Anggota Komisi IX DPR RI, Zainul Munasichin, menekankan pentingnya partisipasi warga dalam mempercepat pelaksanaan MBG. Peran masyarakat bukan hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai pelaku aktif dalam rantai produksi dan distribusi makanan bergizi.

“Program MBG ini tidak hanya sebatas menyediakan makanan bergizi untuk pelajar, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita tetapi juga diharapkan mampu menggerakkan perekonomian daerah,” kata Zainul Munasichin dalam keterangannya, Kamis (7/8).

Dapur-dapur yang akan dibangun melalui Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) diperkirakan menyerap hingga 50 tenaga kerja per unit. Di luar itu, dampak ekonominya menjalar ke para petani, peternak, nelayan, dan pelaku koperasi hingga BUMDes. Model ini diyakini akan memperkuat ekosistem pangan lokal.

Tenaga Ahli Direktorat Promosi dan Edukasi Gizi BGN, Ande Citra Restiawan, memaparkan bahwa sasaran MBG meliputi dua kelompok besar: peserta didik dan non-peserta didik. Kelompok pertama mencakup anak-anak dari PAUD hingga sekolah adat. Sedangkan kelompok kedua adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

“Untuk peserta didik, program ini meliputi anak-anak dari jenjang PAUD, RA, TK, SD, SMP, SMA, SMK, PKBM, pesantren, hingga sekolah adat. Sementara untuk non-peserta didik, sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan balita,” ujar Ande.

Ande menjelaskan bahwa satu dapur SPPG melayani hingga 3.500 penerima manfaat. Pemberian makanan dilakukan setiap hari sekolah bagi peserta didik, sementara untuk kelompok non-peserta didik, pembagian dilakukan dua kali seminggu lewat Posyandu dan Puskesmas.

“Program MBG diharapkan mampu menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas melalui pemenuhan gizi harian yang seimbang. Selain itu, program ini juga memiliki dampak signifikan dalam membuka lapangan kerja baru dan mengurangi beban ekonomi keluarga, khususnya bagi masyarakat miskin,” kata dia.

Model pelibatan masyarakat ini juga dimaksudkan untuk membangun kesadaran kolektif soal pentingnya gizi. Harapannya, kebiasaan makan bergizi bisa dimulai dari sekolah dan meluas ke rumah.

Sementara itu, Tenaga Ahli Direktorat Promosi dan Edukasi Gizi lainnya, Adib Al Fikry, menyebut MBG punya tiga misi besar. Pertama, mengubah perilaku makan agar masyarakat lebih sadar memilih makanan sehat. Kedua, meningkatkan literasi gizi sejak lingkungan keluarga. Ketiga, menjadikan gizi sebagai bagian dari budaya hidup masyarakat.

“Program ini harus menjangkau hingga ke keluarga, agar kebiasaan makan bergizi tidak hanya bersifat sementara, tetapi menjadi bagian dari pola hidup masyarakat yang berkelanjutan, termasuk memanfaatkan potensi pangan lokal,” ujar Adib.

Pemerintah berharap kesuksesan MBG bukan hanya dihitung dari berapa banyak makanan yang tersaji, tetapi sejauh mana masyarakat ikut mengambil peran dalam menyusun ulang sistem pangan mereka sendiri.

Array
header-ads

Berita Lainnya