Ciremaitoday.com, Jakarta-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya meningkatkan daya saing industri furnitur dan kerajinan berbahan baku rotan dan kayu dengan mendorong optimalisasi rantai pasok. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah meningkatkan efisiensi rantai pasok (supply chain) dan penyediaan bahan baku rotan siap pakai untuk industri.
“Sebagai salah satu program prioritas, kami mengembangkan pusat logistik bahan baku kayu dan rotan di kawasan industri furnitur seperti Jawa Barat (Cirebon), Jawa Tengah (Jepara, Solo, Semarang), dan Jawa Timur (Surabaya, Pasuruan), serta di wilayah sumber bahan baku seperti Palu dan Katingan,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, dikutip dari situs resmi Kemenperin pada Minggu (28/7).
Bantuan permesinan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas bahan baku rotan yang siap pakai bagi industri di wilayah Katingan dan sekitarnya serta mendorong investasi baru.
“Dengan bahan baku siap pakai, industri dapat fokus pada penyelesaian pesanan, mengoptimalkan modal kerja, dan meningkatkan efisiensi persiapan stok,” katanya.
Bantuan yang diberikan meliputi 13 unit mesin yang terdiri dari tiga unit mesin pembelah rotan (Splitting Machine), tujuh unit mesin penipis rotan (Trimming Machine), satu unit mesin poles ganda (Double Polishing Machine), dan satu unit mesin dowel.
Putu menjelaskan bahwa kehadiran pihak swasta sebagai off taker untuk membangun pabrik pengolahan rotan dan kerajinan di Katingan sangat penting.
“UPT Hampangen perlu dikembangkan sebagai penyedia bahan baku, tidak hanya untuk Katingan tetapi juga untuk wilayah lain seperti Cirebon dan Solo,” katanya.
Kementerian Perindustrian juga berkomitmen mendukung pengembangan UPT Hampangen dan industri furnitur di Katingan.
“Kami berharap mesin-mesin ini dapat dimanfaatkan maksimal untuk mendukung penyediaan bahan baku rotan siap pakai,” ucapnya.
Dalam perbaikan rantai pasok, Kemenperin memperhatikan empat aspek utama: pemasok, konsumen, jaringan distribusi, dan proses produksi.
“Perbaikan ini termasuk pemetaan pemasok, pembuatan platform informasi ketersediaan rotan, pembangunan pusat logistik besar, dan manajemen distribusi terpusat,” terangnya.
Putu juga menekankan pentingnya kualitas produk.
“Bahan baku harus memenuhi standar dan ada Quality Control (QC) sesuai Grading Rule Rotan,” tegasnya.
Pengembangan Pusat Logistik Rotan ini merupakan replikasi dari Pusat Logistik Kayu yang telah lebih dulu diinisiasi di Kawasan Industri Kalijambe, Sragen.
“Kami juga tengah menjajaki pengembangan pusat logistik bahan baku kayu di Jepara,” pungkasnya.(Joni)