Ciremaitoday.com, Jakarta – Proyek ekspedisi terestrial geologi kebencanaan yang fokus terhadap pemetaan sesar di sepanjang Pulau Jawa digarap Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tahun ini. Pemetaan sesar dilakukan mulai dari Ujung Kulon hingga Banyuwangi.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, fokus pemetaan pada Pulau Jawa yang dilakukan pihaknya dilakukan karena pulau ini memiliki jumlah penduduk terpadat di Indonesia. Dengan demikian, populasi penduduk di Pulau Jawa lebih rentan ketimbang di pulau lain.
“Fokus (ekspedisi) ke Pulau Jawa karena Pulau Jawa paling padat penduduknya, sehingga secara populasi sangat rentan terhadap bencana-bencana geologi,” kata Handoko Selasa (27/2/2024).
Tak hanya di darat dengan memetakan sesar, armada kapal riset BRIN juga melakukan ekspedisi pemetaan palung, gunung, dan bukit di bawah laut. Menurut Handoko kebencanaan yang terjadi di bawah laut juga berpotensi pada kebencanaan geologi.
Dia mengungkap, bahwa bencana gelombang tsunami yang pernah terjadi di Banten pada 22 Desember 2018 lalu merupakan akibat longsoran bawah laut. Hal itu, kata dia, menjadi sebuah pembelajaran berharga tentang kebencanaan geologi.
“Sebelumnya, orang-orang hanya mengenal tsunami akibat gempa bumi terutama pergeseran lempengan tektonik. Fenomena tsunami di pesisir Banten yang tercipta akibat longsoran ternyata juga bisa menimbulkan tsunami,” ujarnya seperti ditulis Kantor Berita Antara.
Peristiwa itu lantas mengubah konstelasi banyak pihak, terutama kalangan ilmuwan untuk memetakan sumber-sumber bencana khususnya tsunami tidak hanya dari sesar tetapi juga memetakan tebing-tebing di bawah laut.
“Itu pertama kali di dunia tsunami disebabkan bukan oleh gempa tektonik, khususnya pergeseran sesar,” kata Handoko.
Dia pun mengatakan, di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, tidak cukup hanya memetakan sesar atau patahan-patahan.
“Tidak cukup hanya memetakan sesar atau patahan dan seterusnya, tetapi juga memetakan potensi-potensi longsoran dari tebing-tebing di bawah laut,” pungkasnya. (*)