APBN Dongkrak Pertumbuhan dan Jaga Stabilitas Ekonomi Jawa Barat

Ciremaitoday.com, Bandung-Awal 2025 menjadi bukti ketangguhan ekonomi Jawa Barat di tengah gejolak global. Pemerintah terus memaksimalkan peran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai penggerak pertumbuhan dan penopang kesejahteraan masyarakat.

Kepala Bidang P2 Humas Kanwil DJP Jawa Barat II, Henny Suatri Suardi, menjelaskan bahwa APBN dirancang untuk menjawab tantangan sekaligus mengakselerasi ekonomi daerah.

“APBN bukan hanya soal anggaran, tapi alat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong kesejahteraan masyarakat,” kata Henny, Rabu (7/5).

Ekonomi Tetap Tumbuh Meski Dunia Tidak Pasti

Pada triwulan pertama 2025, ekonomi Jawa Barat mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,98 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi penyumbang tertinggi dengan lonjakan hingga 31,89 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi lembaga non-profit rumah tangga (PK-LNPRT) tumbuh paling tinggi sebesar 5,8 persen.

Meski demikian, inflasi tetap muncul. Per Maret 2025, inflasi tercatat 0,81 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) di angka 107,64. Komoditas seperti emas perhiasan, kopi bubuk, minyak goreng, cabai rawit, dan bawang merah menjadi penyumbang utama.

“Cuaca yang kurang bersahabat membuat hasil panen seperti bawang merah dan cabai rawit turun, sedangkan harga emas terus naik,” ujar Henny.

Neraca perdagangan Jawa Barat mencatat surplus sebesar USD 2,11 miliar. Ekspor mencapai USD 3,09 miliar sementara impor sebesar USD 0,98 miliar. Dari sisi volume, perdagangan luar negeri juga surplus 223,35 ribu ton. Namun, ada catatan negatif dengan terjadinya defisit perdagangan nonmigas terhadap Tiongkok dan Taiwan, meski hubungan dagang dengan Amerika Serikat menunjukkan surplus sebesar USD 441,39 juta.

Petani Tertekan, Tapi Masih Bertahan

Nilai Tukar Petani (NTP) Maret 2025 turun tipis 0,38 persen menjadi 113,10 karena lonjakan harga-harga kebutuhan petani, seperti tarif listrik dan harga telur ayam ras. Namun, Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) naik 1,75 persen menjadi 112,54.

“Petani memang tertekan, tetapi daya usaha mereka tetap terjaga. Ini penting untuk kita perhatikan,” kata Henny.

Pendapatan Negara Meningkat, Belanja Fokus ke Prioritas

Sampai 31 Maret 2025, APBN regional Jawa Barat membukukan pendapatan sebesar Rp32,52 triliun atau 20,05 persen dari target tahun ini. Sementara belanja negara mencapai Rp29,41 triliun atau 25,10 persen dari pagu. Hasilnya, surplus anggaran regional tercatat sebesar Rp3,11 triliun.

Pendapatan pajak menyumbang Rp22,14 triliun, tumbuh 2,17 persen dibanding tahun sebelumnya. Penerimaan dari pajak lainnya melonjak karena penerapan sistem deposit pajak, meski ada penurunan dari PPh Pasal 21 dan PBB sektor P3 akibat perpindahan pencatatan ke kantor pusat.

“Ada dinamika penerimaan karena efisiensi industri dan perubahan tempat pelaporan, tapi secara total pendapatan tetap positif,” jelas Henny.

Belanja Negara Mengalami Perlambatan

Realisasi belanja kementerian dan lembaga (K/L) baru mencapai 19,17 persen atau Rp7,67 triliun. Belanja barang dan modal mengalami kontraksi cukup besar, masing-masing sebesar 66,30 persen dan 73,16 persen.

Sementara itu, realisasi Transfer ke Daerah (TKD) mencapai Rp21,75 triliun, tumbuh 17,26 persen. Kontribusi terbesar berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Desa, DAK Non-Fisik, dan Dana Insentif Fiskal. DAK Fisik belum menunjukkan realisasi.

UMKM Didorong Lewat Kredit

Untuk menggerakkan ekonomi rakyat, pemerintah menyalurkan bantuan pembiayaan Ultra Mikro (UMi) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Per 31 Maret 2025, penyaluran UMi mencapai Rp6,31 miliar untuk 437 debitur, sementara KUR tersalur Rp6,12 triliun kepada 114.347 debitur.

“UMKM adalah fondasi ekonomi kita. Melalui UMi dan KUR, kita dorong agar mereka terus berkembang,” ujar Henny.

APBN Tetap Diandalkan

Secara keseluruhan, APBN terus dijaga dari sisi kredibilitas, efisiensi, dan ketepatan sasaran. Pendapatan terus dioptimalkan, belanja diarahkan ke program prioritas nasional, dan pembiayaan dilakukan dengan hati-hati.

“Di tengah situasi global yang tidak pasti, APBN kita tetap menjadi jangkar stabilitas sekaligus motor penggerak pertumbuhan,” pungkasnya.(Joni)

Array
header-ads

Berita Lainnya