Ciremaitoday.com, Garut – Pembuatan film yang berbasis budaya bukan hanya sekedar menciptakan hiburan semata, tetapi juga merupakan bagian dari suatu bangsa. Film dapat menggali, memperkuat, dan mempromosikan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
“Dalam konteks film, pendekatan ekosistem budaya menjadi penting untuk memastikan keberlangsungan dan keberagaman budaya kita,” kata Ferdiansyah, anggota Komisi X DPR RI, usai berbicara dalam diskusi Diskusi Film dan Pemutaran Film Pendek Indonesia, di Ballroom Hotel Harmoni Garut, Minggu (5/5/2024).
Ia memaparkan bahwa landasan hukum yang mengatur pembuatan film di Indonesia, seperti Undang-Undang Perfilman dan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan, memberikan pijakan yang kuat untuk pengembangan ekosistem budaya melalui film.
Tujuan dari undang-undang tersebut antara lain untuk memajukan nilai-nilai budaya bangsa, memperkaya keberagaman budaya, dan memperteguh persatuan serta kesatuan bangsa melalui media film.
Politisi Partai Golar ini menilai sosialisasi dan pembinaan komunitas film juga menjadi bagian penting dalam membangun ekosistem budaya yang berkelanjutan.
Melalui workshop, seminar, dan klinik film, peserta diajak untuk memahami tahapan pembuatan film pendek, mulai dari ide cerita hingga evaluasi.
“Dengan demikian, diharapkan akan terbentuk komunitas yang kuat dan berdaya saing di bidang perfilman lokal,” ujarnya.
Sebagai langkah konkret dalam membangun ekosistem budaya melalui film, Ferdiansyah mengatakan DPR RI dan Kemendikbudristek akan menyelenggarakan Festival Film Jabar XI di 2025 mendatang.
“Diharapkan, peserta yang hadir dalam diskusi kali ini dapat menginformasikan kembali, menyalurkan semangat untuk mempersiapkan diri, berlatih untuk ikut festival film tersebut, yang jika tidak ada halangan akan digelar tahun depan, Juli 2025,” paparnya.
Menurutnya festival film dapat enjadi sebuah momen penting. Sebab kegiatan itu tidak hanya sekedar acara pemutaran film, tetapi juga menjadi wadah untuk merayakan dan mengapresiasi karya-karya film pendek yang berbasis budaya.
“Melalui festival ini, banyak lokasi di Garut telah dijadikan sebagai tempat syuting film, yang pada akhirnya membawa dampak positif bagi perkembangan perfilman lokal,” katanya.
Selain film pendek, lanjut dia, pengembangan film dokumenter juga menjadi bagian penting dalam memperkuat ekosistem budaya. Film dokumenter memiliki potensi besar untuk memperkenalkan dan mempromosikan beragam aspek budaya suatu daerah.
Di Garut, film dokumenter tidak hanya digunakan untuk kepentingan perfilman, tetapi juga oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk memperkenalkan dan mempromosikan potensi budaya Garut kepada masyarakat luas. (*)