Ciremaitoday.com, Majalengka – Kasubnit Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Satgaswil Jawa Barat Densus 88 AT Polri, Kompol Satori mengungkapkan bahwa Jawa Barat memiliki angka teroris yang tinggi berdasarkan data dan sejarah yang dimiliki oleh pihak kepolisian.
“Jawa Barat memiliki sejarah panjang terkait terorisme, mulai dari NII hingga berbagai aksi teror saat ini. Berdasarkan data yang kami miliki, hampir setiap kejadian bom atau aksi teror di Indonesia melibatkan orang Jawa Barat,” ujar Satori saat di Pendopo Majalengka, Selasa (11/06/2024).
Satori menegaskan bahwa Jawa Barat sering kali menjadi inisiator dalam aksi teror.
Ia mencontohkan sejumlah kasus bom di sejumlah daerah, termasuk bom Sarinah, Jakarta dan Kalimantan. Dimana pelakunya orang Jaw Barat.
Menurut Satori, hingga kini Jawa Barat masih menjadi pusat intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
“Kelompok seperti NII, JI, JAD, JAT, dan lainnya masih aktif di Jawa Barat,” katanya.
Satori menjelaskan bahwa penyebab adanya gerakan radikalisme karena dahulunya masyarakat Jawa Barat punya semangat kebangsaan yang tinggi. Namun pada saat ini, semangat itu dipengaruhi oleh pemahaman agama yang sempit, sehingga sejumlah orang terpengaruh oleh gerakan radikalisme.
“Pemahaman agama yang kurang dan pengaruh dari ustaz yang tidak mumpuni membuat mereka melihat agama hanya dari satu sisi yang sempit dan dianggap benar,” ungkap Satori.
Sementara itu, daerah dengan situs kewalian dan kesultanan cenderung sulit terkena pengaruh kelompok intoleran dan radikal.
“Kultur budaya yang erat di daerah tersebut bertolak belakang dengan pemahaman kelompok intoleran dan radikal yang menganggap budaya sebagai kekafiran,” katanya.
Majalengka termasuk dalam wilayah merah di Ciayumajakuning terkait ancaman terorisme. Eks Napiter di Majalengka sendiri ada 8 orang.
“Orang Majalengka terlibat dalam kasus bom bunuh diri di Bom Mariot tahun 2009 dan di Majalengka ada pembuat bom rakitan,” ujar Satori.
Untuk menghadapi tantangan ini, Polri terus melakukan upaya pembinaan dan rehabilitasi terhadap mantan narapidana teroris serta melakukan sosialisasi wawasan kebangsaan kepada generasi muda.
Dengan meningkatnya ancaman terorisme di Jawa Barat, Satori meminta dukungan penuh dari masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan dan stabilitas di daerah tersebut.
“Kami juga melakukan pembinaan kepada kelompok remaja tentang wawasan kebangsaan agar mereka bangga dengan keanekaragaman bangsa,” tutupnya