Ciremaitoday.com, Cirebon – Kasus kebakaran hebat yang melanda pabrik kasur busa PT AIYI Internasional di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, diduga disebabkan akibat kurangnya alat proteksi kebakaran yang memadai.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Cirebon, Mohamad Ferry Afrudin kepada wartawan, Rabu (1/3/2023). Menurutnya, perusahan harus menyediakan alat proteksi kebakaran sesuai dengan standar aturan yang berlaku di sejumlah titiknya.
“APAR (alat pemadam api ringan) dari yang kecil dan besar ada, bahkan lebih dari 10 titik, namun api telalu besar. Di sana kebanyakan bahan yang mudah terbakar, busa kasur dan bahan baku cairan kimia. Pabrik busa itu tidak mempunyai Hydran,” ungkapnya.
Ia menyebut, masih banyak sejumlah perusahaan maupun pabrik di wilayah Kabupaten Cirebon belum memenuhi standar terhadap proteksi kebakaran. Salah satunya pabrik busa yang kemarin mengalami kebakaran.
Menurut Ferry, pihaknya selalu memberikan sosialisasi antisipasi kebakaran di pabrik-pabrik secara rutin. Bahkan sampai tingkat pengawasan dan pemeriksaan rutin dilakukan oleh anggota sesuai jadwal.
“Pengawasan dan pemeriksaan dilakukan secara berkala setahun sekali untuk menjamin kelayakan fuangsi alat. Itu untuk bangunan gedung dan kalangan dunia usaha,” katanya.
Ia menjelaskan pabrik atau perusahaan yang ada di wilayahnya rata-rata baru memiliki APAR, namun yang memiliki alat proteksi kebakaran Hydran di wilayah tengah Kabupaten Cirebon hanya sebagian. Tetapi wilayah industri di Cirebon bagian timur rata-rata sudah memiliki Hydran.
“Di pabrik Cirebon bagian timur rata-rata punya Hydran. Sedangkan untuk wilayah tengah minim Hydran seperti pabrik rotan, paling juga baru 50 persen yang punya Hydran,” katanya.
“Kami menyarankan kalau tidak punya Hydran minimal menggunakan pompa, kebanyakan pabrik rotan pake pompa air,” imbuhnya.
Oleh karena itu, pihaknya mewajibkan setiap perusahaan atau pabrik-pabrik mempunyai alat pemadam kebakaran proteksi. Pasalnya standar aturannya sudah ada.
“Nah kalau secara proteksi, pabrik busa tidak memenuhi standar. Karena baru hanya APAR dan sedikit APAB, harusnya mempunyai alat khusus seperti Hydran,” tandasnya.(Joni)