Petani di Desa Kedokanbunder Wetan Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu, tengah memasang teknologi perangkap tikus. Metode ini dinilai cukup berhasil menekan populasi tikus di area pertanian . (Tomi Indra)

Cerita Petani di Indramayu, Gunakan Teknologi Sederhana untuk Tingkatkan Produksi Pertanian di Kawasan Sumur Migas

 

ciremaitoday.com, Indramayu, – Areal Pertanian di desa kedokanbunder wetan, Kecamatan Kedokanbunder, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat merupakan kawasan persawahan yang berdekatan dengan pipa serta sumur minyak dan gas (migas) milik Pertamina EP Jatibarang Field. Dengan kondisi ini, aktivitas pertanian dilokasi ini memiliki resiko yang cukup besar. Terlebih dengan kondisi keamanan pipa Pertamina yang rawan dengan percikan api.

Kebiasaan petani lokal setempat yang kerap membakar jerami serta menutup lubang-lubang hama tikus di areal pertanian, memiliki tingkat kerawanan yang tinggi. Pola penanganan untuk membasmi hama tikus ini dilakukan karena serangan hama tikus yang terus menyebar. Serangan hama tikus yang mengganas merusak tanaman padi di areal pertanian hingga menyebabkan kerugian yang tidak sedikit.

“Hama tikus sulit dibasmi, tanaman padi banyak dimakan dan dirusak sehingga hasil panen menurun,” kata Samiun, petani setempat.

Akibat ganasnya serangan tikus, petani kerap membakar lokasi-lokasi yang menjadi sarang tikus. Namun, cara itu, menjadi beresiko karena lokasi pertanian berdekatan dengan pipa-pipa milik Pertamina. “Awalnya kami kesulitan untuk membasmi hama tikus. Namun, setelah adanya pendampingan dari kelompok tani dengan teknologi seperti perangkat tikus, hasilnya cukup baik. Padi tidak habis dimakan tikus dan hasil panen semakin baik,” kata dia.

Kelompok tani Sri Trusmi Satu sendiri merupakan salah satu kelompok tani yang secara intensif melakukan edukasi kepada petani tentang resiko dalam penanganan hama tikus. “Kami melakukan pendekatan ke petani untuk mengubah cara membasmi hama tikus yang lebih aman, tidak memiliki resiko terhadap keamanan petani serta aset pipa Pertamina,” kata Waklan ketua kelompok tani Sri Trusmi Satu Desa Kedokanbunder Wetan Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu, saat ditemui pada Senin (9/9/2024).

Kelompok tani Sri Trusmi Satu merupakan kelompok tani pengembang agen pengendali hayati yang aktif dalam kegiatan budidaya tanaman yang mengedepankan upaya pengamanan produksi padi dari gangguan organisme pengganggu tanaman secara ramah lingkungan.

Ia mengaku, awalnya cukup sulit mengedukasi petani karena kebiasaan dan cara konvensional dalam membasmi hama tikus. Namun, dengan pengenalan teknologi perangkap tikus yang dimiliki, petani mulai mengikuti cara yang dilakukan kelompok Sri Trusmi Satu.

“Petani mulai mengikuti cara kami. Itu mereka tiru karena dianggap cukup jitu dan terbukti berhasil,” ujarnya.

Selain teknologi perangkap tikus, kelompok tani ini juga menyiapkan cara lain seperti rumah burung hantu (rubuhu) di areal pertanian milik warga setempat. Penerapan teknologi pengendalian hama tikus dengan pemanfaatan burung hantu tau Tyto alba merupakan upaya pelestarian musuh alami yang bertujuan mengendalikan populasi hama tikus.

Teknologi Perangkap Tikus
Kelompok tani Sri Trusmi Satu sendiri merupakan salah satu kelompok tani yang secara intensif melakukan edukasi kepada petani tentang resiko dalam penanganan hama tikus. (Tomi Indra)

 

Officer Commrel & CID-CSR Pertamina EP Jatibarang Field, Andhar Lutfi mengatakan Pertamina EP Jatibarang Field mendukung upaya kelompok tani sri trusmi satu dalam melakukan upaya peningkatan produksi padi di wilayah Indramayu.

“Teknologi yang mereka terapkan ramah lingkungan. Aset Pertamina EP Jatibarang Field yang lokasinya berdekatan dengan area pertanian warga juga menjadi lebih aman. Upaya mereka mampu memberi manfaat bukan hanya bagi petani tapi juga melindungi aset kami,” kata dia.

Pertamina EP Jatibarang Field juga akan terus melakukan pendampingan agar kelompok tani sri trusmi satu ini terus mensosialisasikan teknologi ramah lingkungan yang telah terbukti efektif untuk menjaga aset Pertamina serta menjaga produksi pertanian di wilayah tersebut. (Tomi Indra)

Array
header-ads

Berita Lainnya