Website Sarpras Bidang SD Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

50 Persen Ajuan Proposal dari 870 SD Ditolak, Disdik Cirebon Lakukan Ini

Ciremaitoday.com, Cirebon – Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengintruksikan sekolah-sekolah agar menyusun proposal bantuan secara digital atau paperless. Sebab tahun ini, Sarpras Bidang Sekolah Dasar Disdik Cirebon telah menyiapkan website yang akan digunakan untuk pengisian formulir proposal digital bagi masing-masing sekolah.

Bahkan guna mendukung terobosan baru itu, pihak dinas telah menyediakan tenaga ahli konsultan kontruksi bangunan. Konsultan tersebut, nantinya akan digunakan untuk membantu proses penyusunan proposal.

Yakni mulai dari proses analisa teknis kerusakan bangunan, perhitungan kebutuhan suatu bangunan gedung maupun rencana anggaran biaya (RAB). Mengingat, banyaknya proposal yang diajukan sekolah ditolak provinsi dan pusat mencapai 50 persen dari 870 SD.

“Karena begini, untuk penyusunan proposal itu harus melampirkan analisa teknis tingkat kerusakan. Yang bisa menghitung dinas teknis atau pihak yang berkompeten dalam arti konsultan sekolah tidak bisa, kesulitannya di situ. Itu yang dipakai oleh Dapodik, baru tahun ini kita terapkan (proposal digital) karena masalahnya itu kenapa selama lima tahun ditolak,” ujar Kasi Sarpras Disdik Kabupaten Cirebon, Andri kepada wartawan, Kamis (19/1/2023)

Menurut Andri, ada beberapa SD di Kabupaten Cirebon yang tidak tersentuh bantuan lebih dari 5 tahun. Penyebabnya masih sama yakni pengajuan proposal yang selalu ditolak, akibat dari penyusuan proposal yang kurang benar.

“Yaitu penyusunan pengisian proposal, yang dari dana alokasi khusus (DAK) belum banyak sekolah yang paham. Sehingga data riil di lapangan dengan data di sistem itu tidak sinkron. Akhirnya sistem secara otomatis menolak,” ungkapnya.

Andri mencontohkan, seperti halnya dalam mengunggah foto. Sebab hal itu ada tata cara tersendiri.

“Yang harus di foto itu plang nama sekolah misalnya ya. Tampak depan, tampak belakang, dan tampak samping. Yang paling repot itu tampak atas kan tidak ada yang punya kamera drone. Jadi gimana mau fotonya, tapi kan disiasati naik tangga atau pakai kayu,” pungkasnya.(Joni)

header-ads

Berita Lainnya